Di tengah kondisi sekitar kita yang terlihat buruk, satu saja kabar baik bisa membawa kelegaan bagi jutaan orang. Persis, hal itu yang terjadi saat kemarin ganda putri bulu tangkis Indonesia, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu memenangkan medali emas—secara tidak diduga pula—di Olimpiade Tokyo 2020.
Bukan unggulan di kejuaraan tersebut, dan bahkan bukan nomor yang menjadi andalan Indonesia di bulu tangkis, tiba-tiba saja pasangan ini menggilas lawan-lawannya, termasuk di antaranya unggulan pertama asal Jepang, dan di final, unggulan kedua asal Tiongkok.

Menyaksikan pertandingan final yang dilakukan persis di jam makan siang kemarin, betul-betul menyenangkan. Biarpun ada keyakinan bahwa mereka akan menang, tetap saja ada sedikit kekhawatiran, mengingat lawan yang dihadapi adalah pasangan yang sangat kuat. Rupanya, pasangan Indonesia ini bisa menang dalam dua set langsung, membuatnya terlihat lebih mudah dari apa yang terjadi sebetulnya di lapangan.
Kedua pemain bulu tangkis ini betul-betul mencerminkan pepatah Jepang yang cukup terkenal, 七転び八起き(nana korobi ya oki), yang artinya, ‘jatuh tujuh kali, bangkit delapan kali.’ Kalau membaca kisah hidup keduanya, Anda akan sangat memahami mengapa. Apriyani, yang muncul dari kesederhanaan, berlatih dengan raket kayu, dengan tekad untuk tumbuh bersabar bersama Greysia yang sudah jauh lebih ‘berumur.’ Greysia, yang pernah mendapat diskualifikasi dari Olimpiade 2012, mengalami cedera, hingga kehilangan orang tersayang, nyaris pensiun setelah beberapa kali ganti pasangan, hingga akhirnya dipasangkan dengan Apriyani.
Def Sukumar menulis untuk BWF:
“Berlarilah dengan saya,” Polii megatakan kepada mitranya [Apriyani Rahayu] saat mereka dipasangkan empat tahun lalu. Polii, yang lebih tua dan lebih bijaksana karena pengalamannya, mendekati akhir karirnya, diminta untuk berpasangan dengan seorang pemukul keras yang baru muncul, Rahayu, untuk mengembangkan pemain-pemain muda dalam tantangan di kemudian hari.
Jadi apa yang kamu mau? Polii bertanya kepada Rahayu. Kamu mau menjadi juara? Apapun yang terjadi, kalau saya mendorong batasmu, kita harus siap melakukan segalanya bersama-sama. Apriyani menjawab iya, saya akan melakukan segalanya, kamu bisa lakukan apa saja kepadaku.
“Apriyani memaksa saya untuk berada di sini. Karena saya mengatakan padanya, saya sudah tidak muda lagi. Saya bukan lagi 20 tahun, jadi kamu harus benar-benar siap berlari denganku. Bukan berjalan. Berlarilah dengan saya,” kenang Polii.
Memang kalau memang sudah ‘berjodoh’ dengan medali emas, tidak ada tantangan yang terlalu sulit untuk dilampaui. Berkumandangnya Indonesia Raya dalam upacara medali kemarin menjadi bukti.
Selamat dan terima kasih untuk kabar baiknya: Greysia Polii, Apriyani Rahayu, dan pelatih Eng Hian, bersama dengan para pembela tanah air lainnya di Olimpiade Tokyo 2020. Terima kasih sudah memberi kabar baik dan alasan untuk berbahagia dalam masa-masa suram ini.
Catatan akhir: Seperti biasa, harian KOMPAS punya tajuk yang terbaik ketika merayakan momen-momen bersejarah. Sederhana, tapi cukup untuk menggambarkan semua emosi yang harus kita resapi dari kemenangan ini.

Leave a Reply