Kenali Apa yang Anda Cemaskan Saat Wicara Publik

Matthew Hanzel Avatar

Wicara publik (public speaking) masih menjadi salah satu hal yang paling menakutkan dari sebuah persiapan Model United Nations (MUN). Para calon delegat berlatih berpuluh-puluh jam untuk bisa berbicara dengan baik di hadapan publik, hanya untuk dihadapkan dengan ketegangan dalam bentuk lain pada saat konferensi berlangsung.

Karena itu, salah satu bagian penting dalam persiapan seorang delegat untuk sebuah konferensi MUN adalah membangun kepercayaan diri. Meski begitu, sebelum membahas bagaimana cara membangun kepercayaan diri, kenali terlebih dulu sumber kecemasan Anda.

Ketakutan wicara publik sangatlah normal dan terjadi secara biologis. Wicara publik sering dipandang dalam cara ‘hadapi atau kabur’ (fight or flee), di mana kita melihat wicara publik sebagai sebuah ancaman. Walau demikian, kita tidak boleh hanya melihatnya sebagai ancaman semata, justru setelah mengenali mengapa kita mencemaskan wicara publik, kita baru bisa mencoba membangun rasa percaya diri kita.

Kecemasan terhadap wicara publik umumnya dimulai dari pertanyaan, “Bisakah saya melakukannya?” Memang kecemasan kita biasa muncul dari ketidakyakinan apakah kita bisa menjadi seorang pembicara yang baik. Entah bagaimana kita menjawab pertanyaan tersebut, bisa saja terlihat seperti simalakama:

  • Anda bisa menjawab, “Ya, saya bisa,” dan mungkin Anda akan menjadi ceroboh dan tidak melakukannya dengan baik.
  • Anda bisa menjawab, “Tidak, saya tidak bisa,” dan mungkin mencegah diri Anda mencapai potensi yang sebetulnya Anda miliki.

Oleh karena itu, Anda harus mempertimbangkan hal-hal lain yang bisa mengarahkan Anda pada pemahaman mengapa Anda merasa cemas. Pertama, Anda mungkin melihat bahwa wicara publik adalah sebentuk kegiatan teatrikal dengan langkah-langkah yang terpola dengan baik, sehingga mungkin bagi Anda untuk salah melangkah dan melakukan sesuatu yang memalukan. Hal ini mungkin muncul apabila Anda belum memahami apa peran Anda sebagai seorang pembicara publik. Hal ini juga bisa disebabkan apabila Anda berpikir berlebihan (overthink) mengenai nilai dan kepentingan dari sebuah pidato.

Bahkan di tengah pemikiran seperti itu, ingatkan diri Anda untuk tidak memperumit wicara publik, karena wicara publik sebetulnya lebih sederhana dari yang Anda bayangkan. Secara sederhana, wicara publik hanya melibatkan Anda berjalan dan menghampiri mikrofon, menghadapi para pendengar, menyampaikan pesan, dan duduk. Anda tidak perlu menghitung jumlah langkah dari kursi untuk mencapai mikrofon, atau berapa persisnya jumlah kata dalam pidato Anda. 

Isu lain yang mungkin muncul bersumber dari pertanyaan, “Apa yang harus saya lakukan?” Pertanyaan ini bisa kita lihat dengan pendekatan yang berbeda, yaitu, “Apa peran saya? Apa yang saya harus lakukan untuk memenuhi peran tersebut?” Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijawab hanya bila Anda menyadari bahwa kewajiban Anda adalah untuk menyampaikan suatu pesan untuk didengar pendengar Anda, dan agar pendengar Anda tersebut melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang Anda tetapkan.

Kekhawatiran lain yang mungkin muncul adalah perasaan bahwa Anda mungkin tidak dapat melakukannya dengan baik, bahkan ketika Anda memiliki keberanian yang dibutuhkan. Di satu sisi, hal tersebut bisa disebabkan oleh kurangnya persiapan. Di sisi lain, terdapat sumber-sumber lain yang bisa menyebabkannya, seperti:

  • Kurangnya kepercayaan diri untuk berbicara dalam bahasa asing. Misalnya, saat Anda berpidato dalam bahasa Inggris (sebagaimana lazim di kebanyakan konferensi MUN) dan bahasa Inggris bukan merupakan bahasa ibu Anda, Anda mungkin merasa khawatir dengan tata bahasa atau pilihan kata yang kurang tepat.
  • Kurangnya keyakinan akan apa yang Anda ketahui. Anda mungkin merasa bukan orang yang tepat untuk menyampaikan sesuatu karena Anda bukan pakarnya atau tidak cukup tahu mengenai sesuatu, sehingga Anda merasa tertekan dengan fakta tersebut.

Kedua kekhawatiran tersebut dapat dijawab dengan langkah-langkah berikut:

  • Berlatihlah untuk berpidato dalam bahasa yang bukan merupakan bahasa ibu. Kebiaasaan berlatih tersebut akan membantu Anda untuk membiasakan diri menggunakan pilihan kata yang baik atau pengucapan yang benar.
  • Apabila Anda merasa kurang menguasai atau kurang mengetahui apa yang ingin Anda bicarakan, Anda dapat mengatasinya dengan 1) riset, dan 2) membicarakan apa yang memang Anda dapat bicarakan dengan percaya diri. Dalam konteks MUN, riset sangatlah penting untuk mengatasi kekhawatiran ini.

Ketakutan yang terbesar di antara semuanya adalah kecemasan tentang bagaimana pendengar memandang Anda saat Anda berpidato. Ada mungkin memiliki satu atau beberapa kecemasan berikut:

  • Apakah pendengar akan melihat kita berpakaian dengan baik atau tidak.
  • Apakah pendengar akan mendengar kita dengan baik atau tidak.
  • Apakah pendengar lebih mengetahui atau menguasai topiknya dibanding kita sebagai pembicara.
  • Apakah pendengar merasa tertarik dengan apa yang kita bicarakan.
  • Apakah pendengar dapat menerima pesan kita dengan baik.
  • Apakah pendengar akan ‘mengalahkan’ kita dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sulit setelah pidato kita.

Ini hanyalah beberapa dari ketakutan yang mungkin kita miliki. Lagi-lagi, kita mungkin melihat pendengar sebagai ancaman dan bukan sebagai orang-orang yang memang hadir untuk mendengar kita dan mendapatkan wawasan baru dari pidato kita.


Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a website or blog at WordPress.com

%d bloggers like this: